Lelah karena Lillah sudah terbayar, Alhamdulillah... ^_^
Catatan wisuda Pasca Sarjana
20 20 Oktober 2015
Hari itu menjadi hari
bersejarah bagiku. Bagaimana tidak, tepat dua tahun aku menimba ilmu di kampus
Universitas Negeri Semarang, dan akhirnya aku dapat menyelesaikan studiku
sebagai mahasiswa magister pendidikan bahasa Inggris. Suka duka sudah aku
lewati, dari awal masuk kuliah, aku merasakan shock therapy yang hebat karena
tugas berjibun banyak dan ketatnya persaingan inteligensi teman-temanku. Tetapi,
dari sinilah wawasanku mulai berkembang luas karena aku mengenal teman-teman
yang datang dari luar Semarang. Mereka semua benar – benar baik padaku. Teman –
teman yang aku kenal banyak sekali memiliki pengetahuan dan info-info mengenai
dunia luar yang belum pernah aku pikirkan sebelumnya. Dan dari berbagi
pengalaman dan info dari teman – temanku ini, aku benar – benar nekat untuk
mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa penerima beasiswa DIKTI untuk
kategori dual degree di OHIO. Namun, Allah SWT belum membukakan rejekiku untuk
kuliah di sana tetapi DIA memiliki rencana lain bahwa aku mampu menyelesaikan
tesis S2 ku dan berhak mendapatkan gelar Magister.
Pengalaman dua tahun menimba
ilmu di kampus UNNES sangat berharga bagiku. Disatu sisi aku sering merasakan
kelelahan karena tiap malam harus begadang untuk membuat paper dengan topik dan
lingkup teori yang berbeda-beda. Di sisi lain, aku dan teman-temanku juga harus
rajin mengadakan diskusi untuk menyiapkan presentasi di setiap mata kuliah
dengan kriteria penilaian dari dosen pengampu yang berbeda – beda pula. Latar
belakang dosen yang mengajar di kampus ini juga luar biasa. Ada seorang dosen
pengajar mata kuliah discourse bernama Ibu Helena. Beliau bergelar P.hd dari
Australia. Kemudian ada Pak Sofwan, beliau juga mendapatkan gelar P.hd dari
Australia dan ada pula Prof Warsono dan Prof. Retmono, keduanya adalah mantan
guru besar yang juga pernah menimba ilmu di negeri Paman Sam. Begitulah latar
belakang beberapa dosen pengajar di kampusku. Mereka dan dosen – dosen yang
lain memiliki standar kualitas yang tinggi untuk memberikan nilai bagi para
mahasiswanya. Sehingga tidak heran jika para mahasiswa termasuk aku, berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil artikel yang baik dengan kelayakan
teorinya.
Secara pribadi aku bukan
termasuk sesorang yang perfeksionis. Perfeksionis di sini maksudnya adalah
berusaha degan seteliti mungkin melihat apa saja kekurangan yang aku lakukan
dan mengevaluasinya sebagai bahan pertimbangan untuk menjadi lebih baik lagi.
Karena aku bukan seseorang yag termasuk ke dalam kategori ini, nilai akademikku
hanya di rata – rata saja. Aku bukan termasuk orang yang pintar dan kreatif
namun aku juga bukan pula orang yang hanya berpangku tangan, yang memiliki
kualitas hidup rendah. Jadi, tidak mengherankan jika aku termasuk mahasiswa
menengah yang memiliki nilai IPK rata - rata, tidak tinggi, juga tidak rendah
dan aku menyadari itu sebagai karakterku.
Menjadi seseorang yang bergelar
Magister itu menuntut aku pribadi untuk mudah bergaul dengan siapapun dan tidak
malu untuk bertanya ke teman yang baru di kenal atau dengan orang asing
sekalipun. Wisuda kemarin teman – teman baruku datang, Ita, Shandy, Isma dan
pacarnya. Sebagian teman kelompokku yan lain, yaitu mr Choy, Desy, dan mas Adi
berhalangan hadir. Dari mereka lah aku mendapat banyak hal untuk saling
bercanda, saling mengisi, saling memberi, saling belajar, dan saling membantu.
Walaupun kami baru beberapa bulan saling mengenal, namun rasa pertemanan kita
tinggi. Selain itu ketika aku mengikuti pelepasan wisuda Pasca Sarjana di hotel Patra Jasa, aku duduk
bersebelahan dengan Riana Permatasari, salah satu penerima beasiswa dual degree
di OHIO. Aku dengan muka tembokku mengajaknya berkenalan dan tak disangka
tanggapan dia benar – benar hangat terhadapku. Setelah perkenalan satu sama
lain, perbincangan kami pun mengalir, pastinya dengan topik utama mengenai
kehidupannya di OHIO dan sistem belajar mengajar di sana. Aku termotivasi
sekali mendengar cerita Riana. Banyak sekali yang aku tanyakan dan dia sangat
sabar meladeni semua pertanyaanku. Dari mulai ia menceritakan awal mula
mendaftar beasiswa hingga pengalaman spiritual dan rumah tangganya. Dari
perbincangan ituah aku menarik kesimpulan bahwa setiap apapun yang kita
rencanakan, ada campur tangan Allah SWT di dalamnya. Ketika kita berfikir
positif jika Allah SWT sudah menjanjikan apa yang kita harapkan, otomatis Allah
SWT akan memberinya.
Belajar dari pengalamanku
selama masa kuliah, masa menimba ilmu, berteman dengan berbagai teman – teman
yang berbeda karakter, sifat, latar belakang kemampuan dan pekerjaan, aku yakin
bahwa hidup ini selalu indah jika tidak ada keluh kesah di dalamnya. Setelah
menjadi seorang Magister Pendidikan bahasa Inggris S2 ini pula, mimpi – mimpiku
di lingkup akademik yang lain akan terus aku kejar di antaranya melanjutkan S3,
mendapatkan ilmu di negeri Paman Sam, menulis berbagai penelitian dan masih
banyak yang lain. Semua aku lakukan untuk kebahagiaan ibu dan bapakku. Ingin
melihat mereka tersenyum bangga dan juga semua yang aku lakukan ini semua semoga
selalu bernilai ibadah di mata Allah SWT tentunya. Aamiinn Aamiin Aamiin.
Komentar
Posting Komentar