Tragedi Pencopetan yang Gagal


Awalnya saya tidak menyangka akan menjadi korban dari pencopetan di angkutan umum jurusan Kajen. Namun, ini mungkin menjadi salah satu kelalaian saya karena mengambil uang di dompet dan teledor hanya menaruhnya di dalam tas punggung.
Ceritanya dimulai ketika saya turun dari stasiun Pekalongan dengan menaiki kereta kaligung dan seperti biasa saya harus mencari angkutan umum sebanyak tiga kali untuk sampai di rumah simbah di Desa Kwasen. Ketika saya mendapatkan satu angkutan umum, keadaan di dalam penuh dan sesak sekali sampai-sampai saya harus duduk berhimpit-himpitan dengan penumpang di kiri kanan dan depan saya.
Selama di perjalanan menuju Wiradesa, saya mengamati gerak-gerik seluruh penumpang dan mata saya tertuju pada bapak-bapak paru baya bertumbuh tambun duduk di samping pintu angkutan. Namun saya hanya sekilas menatap beliau dan tetap asyik menikmati perjalanan. Ketika di pasar Wiradesa, semua penumpang turun dan hanya tersisa saya, satu anak SMP, dan bapak tersebut. Kecurigaan saya muncul ketika si bapak berpindah posisi duduk persis di depan saya. Saya benar-benar tidak memiliki perasaan apapun mengenai bapak ini. Saya mencoba mengambil uang di dompet dan meletakkannya kembali di dalam tas punggung tanpa berpikir macam-macam.
Kejadian itu pun mencapai puncaknya ketika saya harus turun di perempatan lampu bangjo Wiradesa. Saya turun dengan membawa dua tas jinjing dan menggendong tas punggung. Kemudian, saya membayar ongkos angkutan pada pak supir. Sewaktu saya selesai membayar, saya kaget bukan kepalang, resleting tas punggung saya terbuka lebar dan saya tidak mendapati dompet di dalamnya. Seketika saya langsung menunjuk si bapak dan mengacungkan jari untuk mengaku apakah dia mengambil dompet saya atau tidak. Benar-benar ketika itu saya melihat raut muka bersalah yang terlihat dari si bapak, Dengan segera, saya teriak copet dan maling dan mengambil paksa dompet saya dari tangannya. Dari kejadian ini yang paling mengherankan adalah mengapa dia tidak mengakui jika dia mengambil dompet saya, alasannya bahwa dompet saya jatuh dan dia berniat mengembalikannya. Kalaupun jatuh, logikanya adalah mengapa tas saya terbuka lebar sehingga bukan tidak mungkin lagi jika dia mengambilnya dengan sengaja dari dalam tas saya.
Sungguh kejadian ini baru pertama kali saya alami. Menangkap basah sindikat pencopet secara langsung dengan mata saya sendiri. Sebenarnya saya tidak akan menyesal sekali jika dompet saya benar-benar diambil olehnya, toh uang hanya ada 100.000, namun yang saya takutkan adalah kehilangan semua kartu-kartu penting di dalamnya seperti KTP, SIM, ATM, STNK, dan lain-lain. Bagaimana jadinya jika orang tua saya mengetahui bahwa dompet saya hilang dengan semua kartu-kartu penting di dalamnya.

Dari sinilah saya mengambil banyak sekali ibrah bahwa suatu kejadian akan meninggalkan banyak hikmah. Hikmahnya adalah saya harus terus berhati-hati sekali dimanapun dan kapanpun dengan barang bawaan yang saya bawa khususnya dompet dan handphone. Selain itu, hal yang paling membuat saya bersyukur sekali adalah adanya pertolongan Allah SWT kepada saya benar-benar nyata. Saya berkesimpulan bahwa menjadi seseorang yang baik pasti akan DIA jaga dimana pun kita berada. Serta tak lupa harus perbanyak sedekah karena amalan sedekah pun akan terjaga dari kejahatan di sekitar kita. So, jangan pernah sama sekali jauh dari Allah SWT karena DIA akan selalu menjaga hamba yang taat padaNya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

enjoy SCOUTING *)

Healthy is the umbrella of body

Studying habit for our best quality