Bapak itu dimana?
Sudah hampir satu tahun aku kuliah di pasca sarjana Universitas Negeri Semarang. Kuliah itu benar-benar menyenangkan karena banyak hal yang kita peroleh di sana. Seperti biasa aku mengendarai motor menuju kampus, lama perjalanan sekitar 20 menit dari kosku di daerah Dr. Cipto. Setiap kali aku mengendarai motor, aku usahakan untuk bershalawat agar para malaikat dapat menjagaku di setiap jengkal laju motorku. Aku suka melihat ke berbagai sesuatu yang meminta mataku untu melirik dan menikmatinya, conyohnya banner-banner yang dipasang di pinggir-pinggir jalan, anak-anak sekolah yang berlari karena jam pelajaran olahraga, toko-toko, hingga para pengemis dan para pedagang yang menjual dagangan mereka pun tak luput dari pandanganku. Karena kesenanganku inilah, akj menemukan satu pedagang es cendol di kiri lampu bangjo arah menuju kampusku. Setiap kali aku berhenti di lampu bangjo tersebut, sang bapak masih terlihat menata dagangannya, berharap dagangannya akan habis laku terjual. Di hari yang lain, si bapak terlihat asyik mengobrol dengan tukang becak di sampingnya. Mereka tertawa renyah seakan tak ada beban hidup yang memikul pundak mereka. Namun, aku yakin dibalik keceriaan mereka pasti ada hal yang mereka pikirkan di rumah, entah belum bayar spp anak-anak mereka, tagihan listrik air, atau membeli kebutuhan makan sehari-hari. Kemudian, di hari yang lain di waktu yang berbeda, aku melihat si bapak penjual es hanya memandang kosong ke jalan, dan aku melihat ke dagangan si bapak, terlihat masih penuh belum berkurang sedikit pun, padahal waktu menunjukkan pukul 2 siang. Di hari berikutnya lagi, si bapak masih dalam kondisi yang sama, menunggu pembeli dengan hanya menatal kosong orang-orang yang lalu lalang di hadapan bapak. Pilu. Rasa yang keluar membuncah ketika melihat keadaan bapak si penjual cendol menunggu para pembeli.
Hari itu, senin tanggal 2 Juni, aku benar-benar sudah tidak melihat bapak penjuak cendol di tempat mangkalnya. Pak, pak dimana kamu sekarang pak? Ada apa denganmu? Mengapa kau berhenti berjualan di situ pak? Apa kau bosan karena menunggu para pembeli membeli daganganmu? Oh gusti Rabbi... aku merasa dekat sekali dengan si bapak. Entah kenapa itu bisa terjadi? Semoga kau baik-baik saja pak, berkah untukmu dan keluargamu..
Hari itu, senin tanggal 2 Juni, aku benar-benar sudah tidak melihat bapak penjuak cendol di tempat mangkalnya. Pak, pak dimana kamu sekarang pak? Ada apa denganmu? Mengapa kau berhenti berjualan di situ pak? Apa kau bosan karena menunggu para pembeli membeli daganganmu? Oh gusti Rabbi... aku merasa dekat sekali dengan si bapak. Entah kenapa itu bisa terjadi? Semoga kau baik-baik saja pak, berkah untukmu dan keluargamu..
Komentar
Posting Komentar